Salam,
Marhab Marhab.
Berbicara tentang Literatur, sebuah keunikan dan ketakjuban yang muncul ketika berkunjung pada suatu pustaka yang ada di Aceh.
benar,,,
itu adalah Perpustakaan Tanoh Abee yang terdapat di Desa Tanoh Abee, Kecamatan
Seulimum, Kabapaten Aceh Besar. Menurut hasil penelitian Arkeologi Islam
Indonesia, perpustakaan tersebut merupakan satu-satunya perpustakaan
Islam tertua di Nusantara, bahkan termasuk perpustakaan Islam yang
paling tua di Asia Tenggara.
untuk menjelaskan bagaimana Perpustakaan tersebut, sudah banyak artikel yang menulisnya, namun ada hikmah yang wajib dikupas dalam kunjungan rihlah ilmiah pertama kami, moga-moga ada kesempatan lebih banyak diberikan oleh Allah SWT. dan doa' pembaca semua untuk bisa berkunjung kembali.
ada dua hal yang unik untuk diceritakan:
1. Kitab-kitab tidak boleh dipinjam dan didokumentasi (photo, scan, dll)
2. tidak boleh ada pembaharuan dalam segala hal, semuanya harus nampak Turats (Klasik).
setelah melalui wawancara dengan santri-santri dan salah satu famili dari keturunan pemilik Pustaka (Zuwiyah) yang bernama Tgk. Muhammad.
penjelasan point pertama.
Kenapa Kitab tidak boleh dizinkan sama sekali untuk dipinjam atau lainnya?
menurutnya: Ilmu itu didapatkan bukan dari kitab, tetapi dari pemilik dan muridnya sendiri, supaya tidak ada kesalahan dan kesesatan dalam pemahaman dan pengamalannya. beliau menjelaskan, bahwa di Pustaka ini, sangat banyak kitab dan menulis tentang berbagai macam hal, bahkan cara berjalan dan duduk saja ada dijelaskan didalamnnya. juga ditambahkan, pernah ada beberapa orang ingin mengambil photo secara diam-diam dari isi ktab, namun ketika dilihat.photonya tidak ada apa-apa.
saya teringat ketika beberapa tahun belakang, bagaimana susahnya menuntut ilmu di negeri para Anbiya, tradisi belajar dengan langsung face to face (talaqqi) menjadi ciri khas yang masih lengket pada Student (Thalabah). para guru menjelaskan ilmu dari kitab yang mereka karang atau dari kitab guru-guru yang mana mereka telah mengambil ilmu darinya.
pernah juga dalam pengalaman awal mula pengambilan sanad dalam hal pembacaan Qur'an, Guru kami Syeikh Abdul Qadir Al-Auwsi Rahimahullah (Allahummaghfirlahu...) bertanya. "Apa tujuan anda mengambil ilmu ini wahai murid?, kalau seandainya ilmu ini kamu tidak gunakan untuk mngajari orang, maka tidak saya berikan ilmu ini, dan itu terbukti, ketika saya pulang ke Aceh, ilmu ini menunjuki saya dan memudahkan saya dalam banyak hal. inilah yang dinamakan dengan keberkahan ilmu dengan pengambilan sanad.
namun tradisi ilmu yang populer sekarang 360 derjat terbalik, maka tak heran, orang makin banyak ilmu, tetapi lingkungan sekitarnya tidak bermanfaat. kemudharatan, kedhaliman, dan kerusakan merajalela disekitar orang-orang yang banyak ilmu. mereka menjadikan ilmu sebagai kebanggaan dan kesombongan, karena merasa ilmu itu didapatkan dengan susah payah dan usahanya sendiri, tanpa menghormati lainnya.
Point kedua
Pemilik Zuwiyah tidak mengizinkan adanya rehabilitasi dan bantuan dalam berbagai hal di tempat tersebut, ada sebuah gedung dua tingkat didalam kawasan tersebut, menjadi tidak digunakan dan sudah rusak dengan sendirinya. padahal banyak sekali bantuan yang terdistribusi. yang mengunjungi juga sangat banyak dari berbagai negara, Turki, Amerika, Jepang, Eropa, dan kebanyakan Malaysia. namun, sangat miris, sedikit sekali dari orang pribumi sendiri. bahkan Ummi (panggilan khas Pemilik Zuwiyah sekarang) pernah ada bantuan, namun beliau mengembalikan bantuan tersebut dan menolaknya.
Kajian Penulisan.
dengan adanya Pustaka Tanoh Abe, menjadi bukti sejarah, betapa berkembangnya kebudayaan menulis pada masa tersebut. namun hal itu tidak tertanam dalam masyarakat masa sekarang. bahkan banyak dari masyarakat aceh tidak tau, disini loh Pustaka terhebat se Asia tempo dulu.
Tradisi Keilmuwan bersanad
marilah kita budayakan ilmu, khabar kita ambil dengan sanad yang bagus, pemilik Zuwiyah dan penulis kitab-kitab disana menginginkan agar ilmu dari kitab tersebut bermanfaat, bukan untuk bahan pajangan, dan bukan untuk kajian ilmiah saja, namun diaplikasikan sesuai dengan islam.
beberapa kali Ummi menginginkan orang mau ambil ilmu disini, belajar dasa-dasar agama islam, karena itu pondasi dari ilmu serapan dan ilmu kifayah lainnya.
terbukti,
berbagai konsep ekonomi yang ditawarkan pemimpin sekarang, namun tidak ada keberkahan di negeri tersebut. karena yang error adalah human, oleh karena itu diperlukan islamic man dalam penerapan dan aplikasi ilmu, tidak hanya ekonomi, namu semua aspek, agama ini menjadi ruhnya,
bukan untuk ditinggalkan.
hanya ini kisah kami,
Insya Allah kalau ada kesempatan lagi, kami akan menceritakan lebih banyak lagi.
Thank's for All.
ma'assalamah.
Assalamu'alaikum
0 Response to "Perpustakaan Kuno Tanoh Abee, Seulimum, Aceh Besar."
Posting Komentar